Langsung ke konten utama

Saat Hidup Terasa Stuck: Sebuah Percakapan dengan Diriku Sendiri


 

"Halo Sawitri.. dimana?"

Hufftt... sepertinya sudah lebih dari lima tahun terakhir ini, aku merasa hidupku seperti jalan di tempat. Produktivitas menurun kadang naik, semangat juga banyak turunya daripada naiknya dan meski dari luar terlihat “baik-baik saja” aku ngerti, ada sesuatu dalam diri yang kosong.

Aku punya segala rutinitas. Aku kerja, punya kegiatan, teman-teman pun ada, lingkungan juga mendukung. Tapi tetap aja, hambar... Kadang semangat, kadang juga kosong saat gak ada aktivitas. Rasanya seperti hanya hidup untuk “menjalankan hari”, bukan untuk benar-benar menjalaninya.

Pagi hari adalah waktu yang paling berat. Bangun dan ingin tidur lagi, padahal secara logika, tidur sudah cukup. Tapi energinya... seperti menguap begitu saja.

Aku punya mimpi, tapi dulu. Dan sekarang?, mimpi-mimpi itu terasa jauh. Seolah dunia dan aku berhenti berjalan bersamaan. Parahnya lagi, bahkan aku gak tahu lagi apa yang sebenarnya aku pengen.

Lingkungan sekitar seharusnya mendukung. Gak ada tekanan berarti. Tapi anehnya, aku justru merasa kehilangan ambisi. Aku merasa... netral. Gak buruk, tapi juga gak hidup sepenuhnya.

Hubunganku dengan diriku sendiri juga sedang renggang. Kadang merasa gagal. Kadang merasa gak cukup baik. Tapi bukan karena ada sesuatu yang spesifik, hanya ada semacam suara dalam hati yang terus bertanya: “Kamu lagi ngapain sih sebenarnya?”

Lalu aku mulai merenung...

Mungkin selama ini, aku menjalani hidup berdasarkan aktivitas, bukan makna. Saat aktivitas berhenti, maka kosong pun muncul. Mungkin yang aku perlukan bukan lebih banyak “to-do list”, tapi lebih banyak koneksi emosional terhadap apa yang kulakukan.

Aku mulai mencari cara dan mencoba hal-hal kecil berikut:

🌱 Tantangan 7 Hari untuk Merasa Hidup Lagi

  1. Hari 1: Menulis tiga hal yang aku syukuri hari ini, ini mudah.

  2. Hari 2: Melakukan satu hal spontan yang kusukai, bisa banget!

  3. Hari 3: Menghubungi satu orang yang aku rindukan? bisa aku coba :)

  4. Hari 4: Mematikan ponsel selama dua jam untuk menikmati waktu dengan penuh kesadaran.

  5. Hari 5: Mendengarkan lagu favorit, benar-benar menikmatinya.

  6. Hari 6: Menulis surat untuk diriku sendiri sepuluh tahun lalu.

  7. Hari 7: Membayangkan hidupku setahun ke depan jika aku mulai melangkah hari ini, affirmasi positif!


Bukan pencapaian besar sih tapi yang pengen aku cari sekarang adalah mengenali diri yaitu perasaan tersambung kembali dengan diriku sendiri. Hidup itu bukan soal “menang” atau “sukses” aku udah paham itu, tapi ternyata ini tentang tidak kehilangan arah saat semuanya terasa datar.

Kalau kamu juga pernah merasa seperti ini, mungkin kamu tidak sendiri. Dan mungkin, seperti aku, kamu cuma butuh berhenti sebentar, untuk kembali mendengarkan suara hati yang lama tertutup rutinitas.

Komentar

Popular Posts

Mengenal Ukuran Majalah, Brosur, Undangan, dan Media Cetak

Mengenal Ukuran Majalah, Brosur, Undangan, dan Media Cetak Banyak orang suka baca dan simpan buku, brosur, majalah, atau koran, tapi sering lupa soal ukuran kertas yang benar. Padahal, ukuran yang pas itu penting banget biar hasil cetak nggak berantakan dan biaya nggak membengkak. Di sekolah, kampus, atau instansi yang mau bikin brosur, majalah, atau katalog, sering nggak tahu ukuran kertas standar yang harus dipakai. Makanya, penting banget tahu jenis kertas dan ukuran yang biasa dipakai buat media cetak seperti brosur, majalah, poster, undangan, dan lain-lain. Ini ukuran standar yang sering dipakai: Brosur: A4, F4, Letter, atau custom (disarankan pakai ukuran standar supaya nggak boros) Majalah: A4, Letter, B5, atau F4 Jurnal: B5, biasanya buat kampus Buletin: F4 atau A4 Undangan: Bebas, tapi biasanya sekitar 21,5 x 16,5 cm atau 16,5 x 16,5 cm Tabloid: 29 x 42 cm, jumlah halaman kelipatan 4 Koran: Sekitar 33,5 x 55 cm, kayak Kompas atau Jawa Pos Kop...

23 vs 32

10 tahun lalu terasa berat buatku, bahkan 10 tahun setelahnya juga masih terasa berat.. "Merayakan hari jadi diri sendiri dengan sendirian di usia 32th" Hari ini banget aku pergi ke Sate Kelopo favorit di sebelah gedung Intiland dan siapa tahu ibu sang penjual sepertinya agak hafal wajahku bertanya " kok dewean ?", dalam hatiku hmm sepertinya aku selalu sendirian bu :') tapi terima kasih bu sudah mengajak aku bicara di hari ultahku itu sangat berarti. So, aku sangat bersyukur dengan usia yang begitu matang. Usia 23 tahun di 10 tahun lalu, diriku masih struggle dengan kehidupan, mulai mencari kerja, mencari jati diri, dapat kerja tapi gaji masih difokuskan ke rumah, gak fokus buat nikah karena kepikiran karena belum stabil semuanya, quarter life crisis walaupun sampai sekarang tapi, setidaknya aku bersyukur sudah melewati fase itu. Tapi itu 10 tahun lalu. Sekarang? jadi dewasa itu penuh dengan pertimbangan, udah 10 tahun bekerja tapi nggak naik-naik jabatan ehhh...

Tips Membuat Majalah, Koran, Brosur, dan Sejenisnya

Tips Membuat Majalah, Koran, Brosur, dan Sejenisnya Sebenarnya, bikin majalah, koran, brosur, atau leaflet itu punya beberapa aturan dasar yang sama dan tujuan format yang jelas. Dari pengalaman saya, banyak desainer pemula yang asal jadi aja tanpa ngerti aturan penting. Padahal, misalnya buat majalah, ada aturan khusus seperti jumlah halaman, ukuran font, pengaturan gambar, margin, dan lain-lain. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan: Jumlah halaman harus kelipatan 4 (misal: 12, 16, 20, 24, 28, dst). Ini supaya nggak ada halaman kosong yang mubazir. Ukuran font isi majalah: 9-10 pt, pakai font yang umum seperti Arial, Times New Roman, Georgia, Garamond, dll. Ukuran font judul: minimal 16 pt ke atas, bisa bervariasi sesuai desain. Jangan asal copy-paste gambar , tapi pakai fitur impor atau place di program desain seperti CorelDraw, Photoshop, Adobe InDesign, dll. Margin standar: minimal 1,5 cm untuk kiri, kanan, atas, dan bawah supaya tampilan lebih rapi d...