Langsung ke konten utama

Jangan Lupa Bayar Hutang!


Jaman now, menilai kebahagiaan seseorang bisa di stalking melalui sosial medianya. Wow, its amazing right?. Dulu aku mengira seperti itu, setelah aku memahami lebih dekat bahwa yang ingin terlihat bahagia justru membutuhkan "kebahagiaan". Anggapan itu aku dapatkan setelah beberapa teman yang "gak dekat" menghampiriku untuk meminjang uang.

Aku tidak tahu, mengapa seseorang terus menampilkan bahwa dia adalah orang yang paling wow sedangkan dia saat itu kesulitan, maksudnya menunjukkan tempat yang mewah, makan makanan restaurant dan bersenang-senang bersama teman-temanya. Sampai akhirnya aku mengerti bahwa dia ingin tetap gengsi dengan gaya hidupnya namun di lain itu ia membutuhkan bantuan dengan meminjam uang kepadaku.

Aku tidak masalah apabila teman-temanku sedang membutuhkan bantuan terlebih meminjam uang, mungkin ia sedang kesusahan dan sangat urgent karena butuh uang. Namun yang membuat berpikir kenapa ia meminjam kepadaku? sedangkan teman-teman hangout nya yang terlihat "berada" apakah tidak membantunya? atau bila ku berposif thinking temannya sudah membantunya tapi ia tetap terlihat "WAH" hingga pada suatu ketika ia lupa membayar hutangnya.

Berhutang tidak menjadi tercela apabila dibayar. Awalnya aku merasa menjadi orang yang paling baik meminjami temanku uang, karena aku pernah di posisinya. Awalnya aku membiarkan ia tidak membayar hutangnya meskipun ia berjanji bulan depan, secepatnya. Tapi, ternyata "Lupa Membayar" atau bahkah "Tidak Dibayar" adalah bukti nyata bahwa orang bisa membiarkan uang yang bukan miliknya dibiarkan begitu saja tanpa tahu bahwa pemilik uang sedang menunggu. Dia tidak berpikir kelak di akhirat ia akan di tagih.

Ya, kisah-kisah orang menagih hutang dan tidak dibayar atau belum dibayar karena ia masih hidup didunia ada di BUMI INI. Ia adalah orang yang tidak berpikir bahwa ada kehidupan setelah ia tak ada di dunia. Ingat sekecil hutang itu harus dibayar.

Aku sempat di ingatkan teman-temanku yang lain tentang "menunjukan aktifitas" dimana bisa berpotensi untuk didatangi penghutang alias "teman yang tidak dekat" dan akan berhutang. Kenapa biasanya yang berhutang ini berasal dari orang yang tidak dekat? aku mencari sebuah jawaban melalui teman-teman lain yang juga merasakan hal ini. Mereka ini beraksi demikian karena akan mudah menghilang, jangankan teman bahkan bisa saudara atau kerabat. 

Story-story jalan-jalan, makan-makan hingga yang menurutku kesenangan memang sengaja aku tampilkan, yaps karena sosial mediaku adalah media sharing. Aku juga senang melihat teman-temanku sharing tentang aktifitasnya, entah itu mobil barunya,rumah tangganya, suami istri anak, liburan-liburanya dan apapun itu aku merasa hal yang wajar karena fungsi sosial media adalah "show off" 

Tapi, menurutku yang menjadi kurang etis adalah pamer jalan-jalan, kekayaan dan kesombongan tapi ia tidak membayar hutangya. Kok ada orang seperti itu? Ya, ada !  Sudah ditagih tapi bilangnya nanti-nanti terus kalau di tagih bilangnya teman macam apa, kok tega sih nagih (ya halooo) kamu yang tega uang yang bukan hak kamu tidak kamu kembalikan tapi tetap pamer (emosi,, sloww).

Pernah merasa sungkan nagih? Ya, aku pernah sungkan nagih ke temanku karena ku lihat dia sedang membutuhkan uang tapi kubiarkan dulu karena aku merasa dia masih merasa susah, tapi semoga ia cepat mengembalikan uangku. Karena aku yakin ia adalah orang baik (aku masih berpositif thingking).

Pernah merasa sungkan nagih? Ya, aku pernah membiarkan temanku tidak aku tagih hampir lebih dari 2 semester. Mungkin dia  merasa mendapatkan "uang" dan setelah aku di desak ibuku aku menagihnya dan akhirnya ia membayar walau dicicil. Itu bukti bahwa membayar hutang harus nunggu di tagih, mana kesadarannya?

Hutang untuk gengsi? Yaps, aku pernah melakukanya membeli HP mahal karena melihat circleku menggunakan HP mahal, but aku lunas membayarnya. Berhutang karena memang tidak punya uang sama sekali, waktu nganggur aku tidak punya uang sama sekali, tidak ada tabungan tapi ngopi ku tetap jalan, belanja online ku tetap jalan tapi aku masih beruntung aku bisa meminjam kepada ibuku dan tentu aku bayar walau sesekali karena ibu kasihan melihatku aku diberi uang (aku merasa orang yang paling kasihan namun beruntung) karena gak sampai meminjam uang kepada orang lain. Sebisa mungkin aku tahan untuk tidak membeli sesuatu yang kurang berguna, tidak nongkrong tidak gengsi karena "miskin" (tidak punya uang).

Dan masih ada pengalaman-pengalaman lalu yang membuatku untuk menyeleksi kepada siapa aku memberikan hutang. Dear my friends, aku sangat berempati terhadap masalahmu terlepas dari masalah apa yang membuatmu harus berhutang aku tidak mempermasalahkan itu. Aku akan membantumu semampu aku bisa. Aku ikhlas apabila uang yang kamu pinjam tidak seberapa mungkin 50-100an tapi aku sangat kecewa apabila kamu sudah berjanji membayar hingga lewat waktunya kamu tidak menepati malah aku yang nagih, dimana nuranimu? bagaimana kamu bisa bersenang-senang? 

Tapi jangan anggap juga, karena kamu menganggap aku "orang baik" bisa mudah meminjamkan uang lantas kamu tidak membayarnya dengan alasan bermacam-macam hingga tak masuk akal, please jangan manfaatkan hal itu untuk merusak silaturahmi kita.

Semoga yang sedang berhutang dimudahkan untuk melunasi dan yang sedang menunggu uangnya kembali diberi kesabaran dan rejeki yang berkah agar bisa terus membantu teman-temannya yang kesulitan.


Jangan Lupa Bayar Hutang!

Komentar

Popular Posts

Mengenal Ukuran Majalah, Brosur, Undangan, dan Media Cetak

Mengenal Ukuran Majalah, Brosur, Undangan, dan Media Cetak Banyak orang suka baca dan simpan buku, brosur, majalah, atau koran, tapi sering lupa soal ukuran kertas yang benar. Padahal, ukuran yang pas itu penting banget biar hasil cetak nggak berantakan dan biaya nggak membengkak. Di sekolah, kampus, atau instansi yang mau bikin brosur, majalah, atau katalog, sering nggak tahu ukuran kertas standar yang harus dipakai. Makanya, penting banget tahu jenis kertas dan ukuran yang biasa dipakai buat media cetak seperti brosur, majalah, poster, undangan, dan lain-lain. Ini ukuran standar yang sering dipakai: Brosur: A4, F4, Letter, atau custom (disarankan pakai ukuran standar supaya nggak boros) Majalah: A4, Letter, B5, atau F4 Jurnal: B5, biasanya buat kampus Buletin: F4 atau A4 Undangan: Bebas, tapi biasanya sekitar 21,5 x 16,5 cm atau 16,5 x 16,5 cm Tabloid: 29 x 42 cm, jumlah halaman kelipatan 4 Koran: Sekitar 33,5 x 55 cm, kayak Kompas atau Jawa Pos Kop...

23 vs 32

10 tahun lalu terasa berat buatku, bahkan 10 tahun setelahnya juga masih terasa berat.. "Merayakan hari jadi diri sendiri dengan sendirian di usia 32th" Hari ini banget aku pergi ke Sate Kelopo favorit di sebelah gedung Intiland dan siapa tahu ibu sang penjual sepertinya agak hafal wajahku bertanya " kok dewean ?", dalam hatiku hmm sepertinya aku selalu sendirian bu :') tapi terima kasih bu sudah mengajak aku bicara di hari ultahku itu sangat berarti. So, aku sangat bersyukur dengan usia yang begitu matang. Usia 23 tahun di 10 tahun lalu, diriku masih struggle dengan kehidupan, mulai mencari kerja, mencari jati diri, dapat kerja tapi gaji masih difokuskan ke rumah, gak fokus buat nikah karena kepikiran karena belum stabil semuanya, quarter life crisis walaupun sampai sekarang tapi, setidaknya aku bersyukur sudah melewati fase itu. Tapi itu 10 tahun lalu. Sekarang? jadi dewasa itu penuh dengan pertimbangan, udah 10 tahun bekerja tapi nggak naik-naik jabatan ehhh...

Tips Membuat Majalah, Koran, Brosur, dan Sejenisnya

Tips Membuat Majalah, Koran, Brosur, dan Sejenisnya Sebenarnya, bikin majalah, koran, brosur, atau leaflet itu punya beberapa aturan dasar yang sama dan tujuan format yang jelas. Dari pengalaman saya, banyak desainer pemula yang asal jadi aja tanpa ngerti aturan penting. Padahal, misalnya buat majalah, ada aturan khusus seperti jumlah halaman, ukuran font, pengaturan gambar, margin, dan lain-lain. Beberapa poin penting yang perlu diperhatikan: Jumlah halaman harus kelipatan 4 (misal: 12, 16, 20, 24, 28, dst). Ini supaya nggak ada halaman kosong yang mubazir. Ukuran font isi majalah: 9-10 pt, pakai font yang umum seperti Arial, Times New Roman, Georgia, Garamond, dll. Ukuran font judul: minimal 16 pt ke atas, bisa bervariasi sesuai desain. Jangan asal copy-paste gambar , tapi pakai fitur impor atau place di program desain seperti CorelDraw, Photoshop, Adobe InDesign, dll. Margin standar: minimal 1,5 cm untuk kiri, kanan, atas, dan bawah supaya tampilan lebih rapi d...