Langsung ke konten utama

Akhirnya ke IKEA!


Setelah ngidam sekian lama, waktu ke Bali gagal ke IKEA karena gak sempat waktunya dan ini saatnya untuk A DAY IN IKEA xixixixi. Aku akan membagikan cerita perjalanan serta pengalamanku pergi ke IKEA tat-tara.

Kami berangkat pukul 08.00 pagi menuju stasiun Sawah Besar, hari ke-4 di Jakarta setelah melewati berbagai keanehan kami berani untuk naik moda transportasi umum nan-unik kota metropolis ini. Perjalanan dari Jakpus ke Jaktim kami tempuh 2,5 Jam dikarenakan bingung dengan pemberhentian stasiun dan harus naik Trans yang mana. Pada akhirnya kita menaiki JakLink bemo yang terafiliasi dengan Transjakarta namun ujungnya kita naik grab ke JGC Cakung total waktu yang kami tempuh seperti SBY-MALANG, sungguh luar biasa.

Sampai di IKEA, hal yang pertama kami lakukan adalah melakukan pengamatan harus mulai dari mana. Akhirnya kita memutuskan untuk makan siang terlebih dahulu karena ketika kita tiba sudah menunjukkan pukul 11.30 yang semua kami ingin breakfast tepat pukul 10 pagi. 

Yaps, tujuan kami kesini adalah mencoba makanan IKEA karena IKEA GAK ADA DI SURABAYA!!. Seperti layaknya minimarket makanan prasmanan, kita memilih makanan dan mengambil sendiri lalu sampai di kasir. Kita tidak melewatkan momen makan tanpa melihat harga. Harga makanan disini sama dengan harga makanan di cafe atau sekali pergi ke TP bahkan kalau ke TP bisa lebih dari itu sesuai dengan porsi hidup kami wkwkw.


Ini dia Menu yang kami pilih, kami gak memilih semua karena sepertinya terlalu banyak dan khawatir mubazir. Untuk harga ada di atas

Setelah makan kami berkeliling area ini dari lantai 2 ke lantai 1. Di lantai 2 terdapat aneka ruang contoh lengkap dengan pajangan-pajangan estetik ala IKEA, sehingga pengunjung bisa tertarik untuk membelinya. rute dalam gedung ini sungguh sudah di atur jadi bila terlewat area tersebut kita akan bersusah untuk kembali ke start awal maka dari itu waktu melihat-lihat kita maksimalkan sehingga tidak terjadi putar balik karena kalau balik jauh banget wkww. Kita juga dibuat seolah berimajinasi untuk memiliki peralatan yang ada di ruang contoh.
Puas dengan ruang contoh, dari kamar tidur, ruang makan, dapur,dll kita menuju lantai dasar dimana semua peralatan di ruang contoh bisa kita beli. Apa saja yang bisa dibeli? semua!!. Lemari custom atau yang udah ready. Tempat tidur, lampu, pernak-pernaik yang sayang kalau gak dibeli, kebutuhan dapur pokoknya semua ada di IKEA. 

Aku gak beli apapun karena memang terlalu foya-foya kalau harus beli disini (baca : ga punya duid) tapi ada satu barang yang menarik perhatianku, kursi bening ini, bentuknya yang unik dan belum pernah ku lihat sepertinya akan cantik kalau di letakan di ruangan kerja (kalau sudah tinggal di rumah baru setelah menikah nanti) mungkin akan kupertimbangkan untuk ku beli. Halo calon suamiku, aku punya kemampuan estetik loh untuk membuat rumah terasa nyaman wkwkwk (promosi)

Sudah kita balik dengan drama, karena sekali lagi gak tau medan kita berjalan sampai depan gerbang berharap bertemu dengan bis, tapi ternyata peringatan yang kita dapat. Kita di suruh berhati-hati karena banyak copet, memang kami sudah menyangka Vibes Cakung ini berasa planet lain bukan lagi jakarta. 

Oh ya tips, emang jakarta ini sungguh keras dan selalu waspada sedikit lengah kita bakal kecopetan. Jadi kami berusaha untuk individualisme cuek. Maunya baik hati tapi kapan saja orang asing bakal jahat. Kalau ada yang bertanya MAPS, usahakan bawa dia ke tempat yang ramai atau kalau ada security terdekat minta ia untuk bertanya ke security. Harus berakal donk buat apa tanya ke kita kalau ada orang yang lebih paham polisi atau security dan kita hampir saja kena aku udah curiga hehe. Gak perlu ga enak hati gak menolong, kita juga pasti punya porsi rasa kasihan.

Thats my story at IKEA!









Komentar

Popular Posts

Mengenal Ukuran Majalah, Brosur, Undangan dan Media cetak

Pada kebanyakan masyarakat umum yang biasanya suka membaca, melihat, bahkan menyimpan buku,  brosur  dan  majalah  ataupun  koran  sering mengabaikan hal-hal sepele yang mengarah pada masalah sebuah ukuran bentuk sebuah buku, majalah, brosur, poster dll. Adakalanya di suatu instansi, sekolah-sekolah, universitas  yang ingin membuat sebuah profil katalog atau majalah siswa dan brosur, tidak tahu seluk beluk ukuran kertas yang sebenarnya untuk disesuaikan dengan media percetakan dan  desain grafis . Sangat penting memperhatikan jenis kertas dan ukuran standar pembuatan Brosur, Majalah, Poster, Buku Kenangan, Lefleat, Undangan dll. BROSUR  : membuat brosur bentuk ukuran kertasnya ada beberapa pilihan yaitu  A4, F4, Letter  dan  Custom . Hal ini sangat di anjurkan daripada memakai ukuran seenaknya sendiri karena ketentuan ukuran tersebut sudah dikondisikan dengan ukuran kertas plano (kertas ukuran besar sebelum dipotong-potong menjadi bagian tertentu, biasanya dijual khusus untuk d

Syarat dan Ketentuan Membuat Majalah

Pada dasarnya membuat  majalah, koran,  brosur , lefleat  dan sejenisnya ada beberapa kesamaan dan satu tujuan bentuk formatnya. Berdasarkan pengalaman saya sendiri banyak kesalahan-kesalahan mendasar telah dibuat oleh para desainer awam atau pemula yang nota bene asal buat, asal jadi. Padahal dari segi pembuatan majalah misalnya harus ada aturan main yg lbh spesifik misalnya jumlah halaman, standar ukuran font, pengaturan gambar, pengaturan margin dll. Ada poin – poin penting yang berhasil saya kumpulkan dalam membuat majalah, koran, buku profil, dll.  yaitu : 1.  Tentukan jumlah halaman  yang akan di buat, atur jumlah halaman dengan cara dibagi menjadi kelipatan 4 misalnya : 12 halaman, 16 halaman, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56 dan seterusnya. Ingat !! berapapun yang anda inginkan jumlah halaman harus genap jika dibagi menjadi 4, hal ini dikarenakan untuk menghindari kelebihan atau kekurangan beberapa halaman kosong. 2.  Ukuran font  standar untuk isi majalah ada

Pengalaman Pergi Ke Jogja dari Surabaya Dengan Minimalis ala Sawitry (Work On Trip)

Aku sempat berkeinginan pergi ke Jogja untuk kerja remote dan Finally terwujud! Akhir bulan september 2021 lalu aku berkesempatan untuk work on solo trip disaat PPKM Level mulai rendah. Perjalanan work on trip ini gak maksimal bisa dinikmati, karena jadwal interview dan meeting yang gak bisa di prediksi.  Biaya dan akomodasi ke Jogja menurutku gak sepenuhnya murah loh, tapi tentu siapkan budget terlebih dahulu untuk keperluan apa yang akan kita lakukan di Kota Istimewa ini. Dari pengalaman kemarin aku punya tips ke Jogja kalau kamu ingin pergi solo trip atau sekedar remote work from Jogja. 1. Transportasi Pulang-Pergi Aku sarankan naik kereta ke Jogja agar feel perjalanannya lebih terasa. Bila kamu solo trip akan lebih aman dengan kereta karena bila dalam jam kerja bisa sambil meeting didalam kereta. Kereta Surabaya Jogja termurah menggunakan kereta ekonomi melalui rute  Surabaya Gubeng - Lempuyangan. - Logawa : Rp 74.000,- - Pasundan : Rp 105.000,- - Sri Tanjung Rp 94.000,-