Langsung ke konten utama

Story From Jakarta, Staycation & Work From Office [My Trip Story]



Yeay, wishlist ke Ibu Kota akhirnya terealisasi Desember 2021. Aku berkesempatan datang ke Jakarta ketika little sis Ratnawa juga ada urusan untuk mengambil Visa ke Kedutaan Jerman. Berangkatlah kami selama hampir seminggu terhitung mulai tanggal 06 Desember sampai 12 Desember 2021. Kami berangkat selasa malam menggunakan kereta malam Dharmawangsa dari stasiun pasar turi yang tiba pagi di stasiun pasar senen.

Setiba di Ibu Kota kami menuju Masjid Istiqlal untuk membersihkan diri sambil menunggu adzan dhuhur karena jadwal pengambilan visa hanya di jam 1 - 3 siang. Karena kami ingin menghemat hari 1-2 ingin naik moda transportasi umum transjakarta tapi masih takut nyasar. 

Setelah menunggu 40 menit di embassy kita menuju tempat penginapan Green Bamboo di daerah Setia Budi. Kami menemukan tempat ini melalui Agoda dengan harga yang lumayan murah untuk 2 malam, kebetulan ada cafe rooftop yang ingin kami dapatkan. Selain itu lokasi menginap dekat dengan kantor di Setia Budi Tengah.

Hari-1 di Jakarta kami habiskan di JCC dan Hutan Kota selebihnya waktu kami terpotong karena Mall Mevvah yang kami datangi gak sesuai expextasi (maaf kaum mending wkwwk) buat mataku Mall bagus ada di Surabaya. Karena mall yang gak sesuai expextasi kita bingung kemana dan masih takut untuk naik transjakarta maka kami mamutuskan jalan dari Senayan ke tempat menginap. Dalam sehari total kita jalan adalah 2,5 jam dengan naik turun JPO yang tau sendirilah wkwkwk.

Kesanku terhadap Jakarta bukan gedung tinggi atau view yang mevvah tapi JPO nya yang luar biasa. Jembatan Semanggi yang panjang dan naik turun itu akhirnya aku lewati juga. Kilas balik 2017 waktu ke Jakarta melewati jembatan ini, aku pikir aku gak mungkin akan lewat JPO ini, membayangkannya saja sudah gila dan finally naik juga di JPO ini waktu malam.

Akhirnya aku tau, kenapa iklan kesehatan sangat laku disini seperti Krim balsem, freshcare atau susu tulang? benar-benar hari pertama yang luar biasa jalan kaki berkilo-kilo meter.

Eh, waktu kita ke JCC kami mengunjungi acara Indonesia International Book Fair 2021, tapi sekali lagi gak sesuai ekspektasi, kami membayangkan BBW di Jatim Expo akan lebih luas dan lebar, tapi ini hanya beberapa tenant. Lalu pergilah kami untuk menyore di Hutan Kota GBK. Tempat favorit warga Jakarta untuk menikmati akhir hari. Kayak ala-ala gitu dengan view gedung dan rerumputan, sekali lagi bagi aku yang kaum mending, karena kita memang berkunjung kesini jadi kita enjoy aja :)


Kalau ingin kesini menyore sebaiknya start jam 4 Sore agar mendapatkan view terbaik, jangan lupa bawa tikar dan jajan kalau pengen ala-ala pikinik. Masuk kesini gratis tapi kalau mau bayar ada restoran disebelahnya.


Hari Kedua di Jakarta aku pikir bisa membawa doi ke kantor tapi sepertinya agak kurang enak karena bukan kantor sendiri wkwkkw. Jadi, ratnawa seharian di penginapan sendirian. dan hari kedua kita gak kemana-mana karena kalau kemana-mana harus ngegrab dulu ke halte atau tempat tujuan. jadi kita menikmati rooftop di hotel. Yaps sama aja kita di cafe karena view nya oke.

Esok harinya setelah kita foto-foto di rooftop karena view pagi lebih cerah kita bergegas menuju penginapan selanjutnya di daerah pecenongan tepatnya di batutulis. Aku dapat lokasi ini karena dekat dengan gedung filateli, lokasi acara waktu jum'at malam. Karena kita check-in jam 2 jadi kita nitip tas dulu, alhamdulillah diperbolehkan. 


Jadwal hari ketiga adalah menuju Perpusnas. Menaiki grabcar karena masih takut naik transjakarta sampailah kita didepan perpusnas. Tampak depan seperti kantor biasa tapi ketika masuk wau berasa seperti gedung untuk publik. 

Pertama kali ke perpusnas aku pikir bisa santai membaca tapi hari kerja di perpusnas banyak orang. Spesial banget vibes perpusnas cocok buat belajar, buka laptop nugas atau remote. Disediakan banyak meja dan colokan listrik. Yang bikin terkesan adalah lantai tertinggi  di  Lantai 24 bisa melihat view monas dan jakarta, astetik banget. Masuk kesini gratis tapi kalau untuk meeting online sepertinya ada ruangan khusus.

Beranjak dari perpusnas kita menuju ke Plaza Setiabudi menggunakan transjakarta ditemani senior ratnawa. Akhirnya kami menaiki moda transportasi ini setelah 2 hari kemarin agak takut naik, takut nyasar. Kami ke Plaza Setiabudi untuk membeli makanan yang sedang viral yakni SUBWAY. 

Harga 63k untuk sandwich+minum menurutku oke, karena rasa harga sesuai. Ketika kami kesini waktu sepi jadi gak begitu antri.Review? aku rasa ini sudah enak, worth it kok

Dari Setiabudi Plaza kita menuju Jakarta Utara ke Kota Tua untuk menyore sudah dengan pede dan berani naik Transjakarta. Hampir 30 menit didalam Bis kami duduk terpisah tanpa ada rasa takut. Akhirnya kartu e-money kita digunakan juga. Kaget banget donk biaya transportasi cuman terpotong sekian ribu.

Setelah sampai Kota Tua, yah selayaknya turis lokal kita menikmati sore di Kota Tua Jakarta, namun apa yang keluar dari mulutku? Ya... tentu saja ini Old Town seperti di daerah JMP Surabaya dekat rumahku 😁 but ini BATAVIA. Tentu tak akan menghilangkan ke-Exited-tanku terhadap Kota ini. Once again kalau ingin menyore di tempat ini, sebaiknya jam 4 sore sudah disini. Begini penampakan Kota Tua Jakarta. 




Sampai juga di jam 7 malam kita punya jadwal untuk menghadiri acara narabahasa di gedung filateli. Ivan Lanin idola ratnawa hadir di acara ini.


Setelah acara selesai, kita langsung balik penginapan menggunakan "maxim". Ojek online ini baru kutemukan pertama kali sewaktu gak sengaja mengintip peserta di acara ini sedang membuka hp dan mengorder ojek. Setiba di penginapan lalu kita beristirahat karena keesokan harinya kita harus ke IKEA JGC

(Lanjut ke bagian 2 " Kesan IKEA")

Komentar

Popular Posts

Mengenal Ukuran Majalah, Brosur, Undangan dan Media cetak

Pada kebanyakan masyarakat umum yang biasanya suka membaca, melihat, bahkan menyimpan buku,  brosur  dan  majalah  ataupun  koran  sering mengabaikan hal-hal sepele yang mengarah pada masalah sebuah ukuran bentuk sebuah buku, majalah, brosur, poster dll. Adakalanya di suatu instansi, sekolah-sekolah, universitas  yang ingin membuat sebuah profil katalog atau majalah siswa dan brosur, tidak tahu seluk beluk ukuran kertas yang sebenarnya untuk disesuaikan dengan media percetakan dan  desain grafis . Sangat penting memperhatikan jenis kertas dan ukuran standar pembuatan Brosur, Majalah, Poster, Buku Kenangan, Lefleat, Undangan dll. BROSUR  : membuat brosur bentuk ukuran kertasnya ada beberapa pilihan yaitu  A4, F4, Letter  dan  Custom . Hal ini sangat di anjurkan daripada memakai ukuran seenaknya sendiri karena ketentuan ukuran tersebut sudah dikondisikan dengan ukuran kertas plano (kertas ukuran besar sebelum dipotong-potong menjadi bagian tertentu, biasanya dijual khusus untuk d

Syarat dan Ketentuan Membuat Majalah

Pada dasarnya membuat  majalah, koran,  brosur , lefleat  dan sejenisnya ada beberapa kesamaan dan satu tujuan bentuk formatnya. Berdasarkan pengalaman saya sendiri banyak kesalahan-kesalahan mendasar telah dibuat oleh para desainer awam atau pemula yang nota bene asal buat, asal jadi. Padahal dari segi pembuatan majalah misalnya harus ada aturan main yg lbh spesifik misalnya jumlah halaman, standar ukuran font, pengaturan gambar, pengaturan margin dll. Ada poin – poin penting yang berhasil saya kumpulkan dalam membuat majalah, koran, buku profil, dll.  yaitu : 1.  Tentukan jumlah halaman  yang akan di buat, atur jumlah halaman dengan cara dibagi menjadi kelipatan 4 misalnya : 12 halaman, 16 halaman, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56 dan seterusnya. Ingat !! berapapun yang anda inginkan jumlah halaman harus genap jika dibagi menjadi 4, hal ini dikarenakan untuk menghindari kelebihan atau kekurangan beberapa halaman kosong. 2.  Ukuran font  standar untuk isi majalah ada

Pengalaman Pergi Ke Jogja dari Surabaya Dengan Minimalis ala Sawitry (Work On Trip)

Aku sempat berkeinginan pergi ke Jogja untuk kerja remote dan Finally terwujud! Akhir bulan september 2021 lalu aku berkesempatan untuk work on solo trip disaat PPKM Level mulai rendah. Perjalanan work on trip ini gak maksimal bisa dinikmati, karena jadwal interview dan meeting yang gak bisa di prediksi.  Biaya dan akomodasi ke Jogja menurutku gak sepenuhnya murah loh, tapi tentu siapkan budget terlebih dahulu untuk keperluan apa yang akan kita lakukan di Kota Istimewa ini. Dari pengalaman kemarin aku punya tips ke Jogja kalau kamu ingin pergi solo trip atau sekedar remote work from Jogja. 1. Transportasi Pulang-Pergi Aku sarankan naik kereta ke Jogja agar feel perjalanannya lebih terasa. Bila kamu solo trip akan lebih aman dengan kereta karena bila dalam jam kerja bisa sambil meeting didalam kereta. Kereta Surabaya Jogja termurah menggunakan kereta ekonomi melalui rute  Surabaya Gubeng - Lempuyangan. - Logawa : Rp 74.000,- - Pasundan : Rp 105.000,- - Sri Tanjung Rp 94.000,-