Langsung ke konten utama

Healing Dari Sosial Media

 Halo Blog ku!

Lama sekali tidak menengok laman ini. Jarang banget nulis apalagi membaca dengan alasan : "Tidak Ada Waktu?". Ya itu alasan yang paling banyak aku katakan pada diri sendiri. Kesibukan yang semakin menumpuk di waktu pandemi, membuat  tidak bisa memilah mana prioritas mana yang harus dikerjakan duluan. Multitasking, segala pekerjaan di kerjakan dalam satu waktu. Yap, seolah mengejar waktu. 

Aku benar-benar mengejar waktu, aku pikir begitu. Tapi, aku menyadari dengan penuh banyak waktu yang aku berikan untuk hal yang mungkin bisa di habiskan untuk lebih produktif :( . Aku tahu dan aku belum bisa melakukannya saat itu. Aku belum bisa move on!! dari Instagram.

Jujurly, harusnya bisa mengontrol dan bijak dengan sosial media, padahal jelas-jelas pernah bermasalah dengan sosial media (2012). Nah, kesempatan free from socmed mulai ada di semester ini. Disaat pekerjaan tidak membuat aku berada di area itu. Aku hiatus!

Facebook sudah mulai aku non-aktifkan per juli 2021, jadi ini adalah istirahat terlama yaps 2 bulan!


image source : unsplash


Aku belum ada kepentingan dengan sosial media satu ini, tidak ada share tidak ada update info, tidak ada info status friend apalagi melihat aktifitas user lain, sungguh tidak ada. Mungkin bagi yang lain, mereka bisa mengontrol tidak update status, share aktifitas dan lain-lain. Tapi, aku seperti merasa seakan "harus" membagikan sebuah cerita, kalau tidak begitu aku merasa tidak update, ketinggalan dan itu mendorongku terus untuk "berbuat" memberikan waktu ke sosmed yang tidak ada hentinya.


Finally, Instagram OFF! Hanya Instagram Personal

Untuk yang berikutnya IG, platform yang sulit ditinggalkan. Fitur yang asik dan menarik membuat tak henti untuk mengexplore isinya. Melihat berbagai bentuk konten video dan story, tidak akan ada habisnya bila tidak dihentikan. Hal yang paling mudah adalah mengurangi, bukan mengurangi waktu di IG tapi mengurangi akun untuk di non-aktifkan. Aku mengelola banyak akun Instagram mulai dari akun komunitas, perusahaan tempat aku bekerja, akun personal untuk aktifitas desain, kuliner hingga akun-akun lain yang masih disimpan untuk kepentingan pribadi. 

Nah, yang paling aktif ini adalah akun personal, yang mengharuskan aku melihat aktifitas teman-teman dan kenalanku di segala circle. Mungkin kalau melihat saja tidak apa-apa, tapi aku juga membuat story, story ini yang membuatku membuang waktu berusaha mem-baguskan akan terlihat "estetik". Sekali lagi, buat apa membuat hal-hal seperti itu? supaya teman-teman ku melihat "hasil karyaku" di story? supaya ada komentar "uh bagus" co cweet? apa supaya doi melihat aku di story? hahah doi siapa. Tidak, I Feel kecanduan! dan itu penyakit huhu. No, sebelum itu menjadi-jadi. Ya Let's healing dari dunia 2 akun sosmed ini.

Aku masih memiliki beberapa akun di berbagai platform sosial media. Namun, tidak sebanyak waktu yang kuberikan pada 2 platform milik Mark Zuckerberg. Sosmed ini masih memiliki kekuatan sebagai tempat promosi, mau gak mau market ada di sana dan bagi yang tidak bisa mengontrol dan bijak sosmed seperti aku, bakal keterusan.

Menurutku, kenapa kita harus healing dari Sosial Media terutama facebook dan instagram. Jawabanya?Aku akhirnya punya waktu untuk melakukan hal lain yaitu lebih produktif.

Dari semua jawaban adalah kita bisa melakukan aktifitas lain yang belum sempat tereksekusi.

  1. Bisa fokus pekerjaan
  2. Sempat membaca buku-buku yang pernah dibeli 
  3. Bisa tidur lebih awal tanpa harus scroll-scroll tidak jelas
  4. Menghindar dari harapan yang tidak pasti, secara sengaja aku ingin terus meliat personal akun doi yang jelas-jelas tidak ada manfaatnya (ini nyata, apakah ada user lain yang seperti aku?) 
  5. Tidak ada aktifitas yang aku perlihatkan di story, sehingga teman-temanku juga terbebas dari hal yang aku tunjukkan, aku ingin teman-temanku juga healing dari aktifitas, karena aku tidak tahu apakah dari cerita yang aku bagikan membuat hati dan pikiran mereka menjadi lain. Iri, misalnya? walaupun mungkin masuk overtingking, setidaknya aku mulai membatasi. Kecuali di WA.
  6. Bisa menulis akhirnya, sudah lama sekali ingin bisa menulis lagi
  7. Punya waktu untuk edit video untuk Youtube, aku suka merekam video dan mengolahnya dengan tujuan ingin menyimpan di kanal sendiri sebagai dokumentasi
  8. Bisa membuat hasil kerajinan desain, frame paper dan lain-lain :)  seneng banget
  9. Bisa fokus beribadah, tentu sebagai Hamba Allah kita ingin terus upgrade dan mempertahankan keimanan, membaca Al-Quran, berpuasa, bersedekah, ngaji bareng 
  10. dan tentu menghindari Julid hehe

Sebagai manusia modern, jaman sekarang informasi mudah sekali di akses hingga mudahnya terjerumus dalam info SESAT!, aku hampir masuk ke kawasan INFO HOAX tentang konsipirasi COPID dan VAKSEEN walaupun sampai sekarang aku meyakini, tapi walaupun konspirasi tetap saja virus sudah masuk di Negara kita dan harus di kebalkan oleh vaksin. Dilema vaksin pun menjadi pikiran yang ber-hari hari, bahkan aku pernah bilang aku akan vaksin dari vaksin pak mantan mentri kesehatan, karena aku yakin beliau juga sedang berusaha mengembangkan dan membuat sendiri vaksin untuk Negara. Tapi, kapan? akan lama dan entah sampai kapan. Bermodal Bismillah, ini adalah ikhtiar jadi "aku sudah vaksin" dan aku unfollow akun telur. Sekali lagi keresahanku berasal dari sosial media, dari akun-akun tidak jelas yang menjerumuskan.


image source : unsplash


Jadi, sampai kapan hiatus dari Sosial Media? dari pesbuk & instajram? aku berharap bisa seterusnya. Toh juga gak ada yang nyari aku, siapa yang mencari aku di sosial media? Kalau mau mencari aku, kamu bisa langsung say hi ke telegram aku ya t.me/sawitry . 

Sambil menunggu kapan jodoh datang, kapan aku bisa piknik dan kapan sampai kapan yang gak tau kapan. Aku bukan menghilang tapi HEALING dari hal-hal yang bisa menimbulkan Stress karena ulah diri sendiri. Berhenti dari aktifitas yang merenggut waktu, aku ingin lebih bijak dalam mengolah hidupku sendiri.

Jika kamu ingin lebih produktif dan bermanfaat minimal untuk diri sendiri, kamu bisa mulai dari berhenti bermain sosial media. Kalau kamu bisa mengontrol aktifitas di sosial media itu lebih baik. 

So, aku hanya berhenti di akun personal tapi akun ku yang lain masih ada untuk kepentingan lain :) setidaknya aku gak melihat aktifitas teman-temanku. Cukup dari circle di WhatsApp jadi aku masih bisa berinteraksi dengan circle ku sendiri.


Stay healthy dengan kesehatan mental!




Komentar

Popular Posts

Mengenal Ukuran Majalah, Brosur, Undangan dan Media cetak

Pada kebanyakan masyarakat umum yang biasanya suka membaca, melihat, bahkan menyimpan buku,  brosur  dan  majalah  ataupun  koran  sering mengabaikan hal-hal sepele yang mengarah pada masalah sebuah ukuran bentuk sebuah buku, majalah, brosur, poster dll. Adakalanya di suatu instansi, sekolah-sekolah, universitas  yang ingin membuat sebuah profil katalog atau majalah siswa dan brosur, tidak tahu seluk beluk ukuran kertas yang sebenarnya untuk disesuaikan dengan media percetakan dan  desain grafis . Sangat penting memperhatikan jenis kertas dan ukuran standar pembuatan Brosur, Majalah, Poster, Buku Kenangan, Lefleat, Undangan dll. BROSUR  : membuat brosur bentuk ukuran kertasnya ada beberapa pilihan yaitu  A4, F4, Letter  dan  Custom . Hal ini sangat di anjurkan daripada memakai ukuran seenaknya sendiri karena ketentuan ukuran tersebut sudah dikondisikan dengan ukuran kertas plano (kertas ukuran besar sebelum dipotong-potong menjadi bagian tertentu, biasanya dijual khusus untuk d

Syarat dan Ketentuan Membuat Majalah

Pada dasarnya membuat  majalah, koran,  brosur , lefleat  dan sejenisnya ada beberapa kesamaan dan satu tujuan bentuk formatnya. Berdasarkan pengalaman saya sendiri banyak kesalahan-kesalahan mendasar telah dibuat oleh para desainer awam atau pemula yang nota bene asal buat, asal jadi. Padahal dari segi pembuatan majalah misalnya harus ada aturan main yg lbh spesifik misalnya jumlah halaman, standar ukuran font, pengaturan gambar, pengaturan margin dll. Ada poin – poin penting yang berhasil saya kumpulkan dalam membuat majalah, koran, buku profil, dll.  yaitu : 1.  Tentukan jumlah halaman  yang akan di buat, atur jumlah halaman dengan cara dibagi menjadi kelipatan 4 misalnya : 12 halaman, 16 halaman, 20, 24, 28, 32, 36, 40, 44, 48, 52, 56 dan seterusnya. Ingat !! berapapun yang anda inginkan jumlah halaman harus genap jika dibagi menjadi 4, hal ini dikarenakan untuk menghindari kelebihan atau kekurangan beberapa halaman kosong. 2.  Ukuran font  standar untuk isi majalah ada

Pengalaman Pergi Ke Jogja dari Surabaya Dengan Minimalis ala Sawitry (Work On Trip)

Aku sempat berkeinginan pergi ke Jogja untuk kerja remote dan Finally terwujud! Akhir bulan september 2021 lalu aku berkesempatan untuk work on solo trip disaat PPKM Level mulai rendah. Perjalanan work on trip ini gak maksimal bisa dinikmati, karena jadwal interview dan meeting yang gak bisa di prediksi.  Biaya dan akomodasi ke Jogja menurutku gak sepenuhnya murah loh, tapi tentu siapkan budget terlebih dahulu untuk keperluan apa yang akan kita lakukan di Kota Istimewa ini. Dari pengalaman kemarin aku punya tips ke Jogja kalau kamu ingin pergi solo trip atau sekedar remote work from Jogja. 1. Transportasi Pulang-Pergi Aku sarankan naik kereta ke Jogja agar feel perjalanannya lebih terasa. Bila kamu solo trip akan lebih aman dengan kereta karena bila dalam jam kerja bisa sambil meeting didalam kereta. Kereta Surabaya Jogja termurah menggunakan kereta ekonomi melalui rute  Surabaya Gubeng - Lempuyangan. - Logawa : Rp 74.000,- - Pasundan : Rp 105.000,- - Sri Tanjung Rp 94.000,-