Apa yang Aku Lakukan di Usia 30?
Usia 30 adalah usia yang tidak pernah aku bayangkan. Waktu kecil aku merasa akan selalu di fase itu saja, menikmati permainan, guyonan tanpa beban. Capek main, pulang. Gak mau makan, ya udah kelaparan. Masuk ke usia remaja, aku pikir cinta cuma sebatas perasaan, lihat yang pegangan tangan, aku pikir cinta cuma bertukar jawaban, pulang bareng, di jemput, makan, telponan. Semakin kesini, semakin kesana rasanya aku belum berpikir realistis sampai menginjak di usia 3 dasawarsa.
Mengapa baru berpikir di usia 30?
Aku lebih banyak merenung tentang kehidupan. Aku merasa sudah bijak mengambil keputusan. Merasa semua hal menjadi lebih jelas dan sederhana.
Tentang cinta, aku jadi lebih pemilih.
Di usia 20-an, aku mungkin pernah coba banyak hal positif dan produktif, tapi sekarang aku tahu aku ingin menghabiskan waktu hanya dengan orang yang benar-benar penting. Aku lebih menjaga diriku dengan memilih untuk memberi ruang dan waktu yang cukup sebelum benar-benar membuka hati. Kalau kamu bersamaku, itu artinya kamu sangat berarti. Aku nggak mau buang waktu untuk hubungan yang tidak membawa kebahagiaan dan pertumbuhan. Cinta bagiku kini bukan sekadar perasaan, tapi sebuah komitmen dan rasa saling menghargai.
Tentang pekerjaan, aku menikmati seperti air.
Dulu aku punya ambisi besar, tapi sekarang aku belajar bahwa hidup bukan soal mencapai puncak karier, melainkan menikmati prosesnya. Aku nggak merasa stuck, aku hanya menyadari masa muda itu memang ada batasnya. Aku masih hidup, dan aku memilih untuk terus berjalan dengan tenang, menerima apa yang ada, dan berusaha yang terbaik tanpa tekanan berlebihan.
Tentang hal lain yang aku lakukan di usia 30?
Aku mulai lebih menghargai waktu untuk diriku sendiri. Aku belajar untuk mendengarkan tubuh dan pikiranku, memberi ruang untuk istirahat dan refleksi. Aku juga mulai memperhatikan kesehatan, bukan karena ingin terlihat sempurna, tapi agar aku bisa menikmati hidup lebih lama dan lebih bermakna. Aku juga membuka diri untuk hal-hal baru—hobi baru, pengalaman baru, dan perspektif baru yang memperkaya diriku. Usia 30 membuat aku sadar bahwa kebahagiaan itu sederhana, berasal dari keseimbangan antara diriku, orang-orang terdekat, dan cara aku menjalani hari-hari.
Jadi, apa yang aku lakukan di usia 30? Aku memilih untuk hidup lebih santai, lebih berusaha bijak, dan lebih menghargai diri sendiri.
Komentar
Posting Komentar
Suwon wes komen